Grebeg Suro Ponorogo 2023 Meriah Ribuan Orang Saksikan Kirab Pusaka Hingga Berebut Buceng Purak
SDN PONOROGO - Antusias menyaksikan rangkaian kirab pusaka. Ribuan orang memadati sepanjang jalur kirab yang berakhir di paseban Alun-Alun Ponorogo itu, Selasa (18/7/2023). Mereka tak ingin ketinggalan acara buceng purak setelah prosesi jamasan tiga pusaka Kabupaten Ponorogo.
Buceng yang terdiri beragam hasil olah pertanian termasuk buah-buahan langsung menjadi bahan rebutan. Apalagi, di ujung buceng terdapat ingkung ayam matang. Bahkan, ada yang sengaja membawa sarung untuk mewadahi kacang panjang, jagung, terong, dan bermacam buah hasil merebut isi buceng.
‘’Saya percaya keberkahan ketika mendapatkan hasil buceng porak dan air bekas jamasan,’’ ujar Alfridan Amethistza Zyranov, warga Babadan, Ponorogo.
Sementara itu, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko berharap kirab pusaka berikut jamasan ikut mendorong masyarakat untuk selalu mengingat jasa leluhur. Selain itu, muncul spirit menyambut 1 Muharram bersamaan datangnya tahun baru Hijriah.
‘’Ponorogo harus lebih baik, terus introspeksi dari tahun ke tahun untuk kemajuan,’’ jelas Kang Bupati usai mengikuti jamasan pusaka di paseban.
Tiga pusaka Kabupaten Ponorogo sempat menginap semalam di kompleks makam Batoro Katong sebelum dikirab. Tombak Kyai Tunggul Naga, Angkin Cinde Puspita, dan Payung Kyai Songsong Tunggul Wulung transit di paseban untuk dijamas sebelum dikembalikan ke Pringgitan, rumah dinas bupati Ponorogo.
Mengacu literasi sejarah, tiga pusaka itu memiliki histori berbeda. Payung Kyai Tunggul Wulung sepanjang 3 meter dan Tombak Kyai Tunggul Naga dengan panjang sekitar 2,75 meter dan bilah 30 centimeter berasal dari zaman Kerajaan Majapahit era Brawijaya V yang notabene ayah Batoro Katong.
Sedangkan Angkin Cinde Puspita itu adalah kain centing dengan panjang sekitar tiga meter milik Batoro Katong. Karena angkin itu pernah dikenakan pendiri Kabupaten Ponorogo, maka dijadikan pusaka dan dirawat hingga sekarang.